Taqlid niat puasa ramadhan penuh kepada imam malik
.
Marilah kita mengucap syukur alhamdulillah , karena kita masih diberikan kesempatan hidup hingga bisa bertemu dengan bulan suci ramadhan 1445 hijriyah.
Ngomong-ngomong mengenai puasa ramadhan,ada hal yang sangat penting yang harus di perhatikan dalam menunaikan ibadah puasa. hal yang bisa mempengaruhi keabsahan puasa itu sendiri. tidak lain dan tidak bukan ialah Niat.
Niat sendiri merupakan Rukun dalam melaksanakan puasa,hal ini tidak boleh ditinggalkan bagi yg hendak mengerjakannya.dalam madzhab syafi'i mengharuskan bagi orang yang hendak berpuasa berniat dimalam hari atau sebelum terbit fajar shadiq (waktu subuh).oleh karena itu,sangat sering di jumpai setelah sholat tarawih dan witir,imam dan para jamaah sholat melafadzkan niat puasa secara bersama.
sebagai bentuk ikhtiyat (kehati-hatian) bagi seseorang yang khawatir lupa membaca niat setiap malam untuk puasa ramadhan solusinya adalah mengikuti (taqlid niat) berpuasa ramadhan untuk sebulan penuh kepada imam malik.
Lalu apakah taqlid itu ?
Taqlid dalam pengertian syar’i dan epistemology adalah mengikuti seseorang di dalam mengambil suatu hukum tanpa melakukan ijtihad dalam memutuskan sebuah hukum walaupun tanpa mengetahui akan dalilnya.
adapun lafadz taqlid niat puasa kepada imam malik :
نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Artinya, “Aku niat berpuasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik, fardhu karena Allah”
apakah diperbolehkan untuk niat berpuasa sebulan penuh mengikut imam malik ?
Pendapat Malikiyah memperbolehkan menjamak (mengumpulkan) niat puasa Ramadhan sebulan pada malam pertama bulan Ramadhan. Kemudian, orang yang berpuasa tidak diwajibkan lagi untuk mengulangi niat. Pendapat Malikiyyah ini juga umum digunakan di Indonesia. Meskipun mayoritas penduduknya menganut mazhab Syafi'i, namun dalam hal niat puasa Ramadhan sebulan ini mereka dipandu oleh para kiai dan masyayikh untuk mengadopsi teori mazhab Maliki dalam praktik niat di awal Ramadhan.
Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri KH.A.Idris Marzuqi mengatakan :
“Untuk berjaga-jaga agar puasa tetap sah ketika suatu saat lupa niat, sebaiknya pada hari pertama bulan Ramadhan berniat taqlid (mengikut) pada Imam Malik yang memperbolehkan niat puasa Ramadhan hanya pada permulaan saja. Dan adanya cara tersebut bukan berarti membuat kita tidak perlu lagi niat di setiap harinya, tetapi cukup hanya sebagai jalan keluar ketika benar-benar lupa,”
Taqlid niat puasa kepada Imam Malik tidak cukup dengan hanya mengetahui bahwa satu kali niat di awal malam Ramadhan sudah mencukupi untuk satu bulan. Namun, ada catatan penting yang perlu diperhatikan, yaitu: Pertama, jika hanya berniat puasa satu kali untuk satu bulan penuh Ramadhan, maka syaratnya adalah puasa harus berlangsung sebulan penuh tanpa terputus. Kedua, jika terputus karena uzur sakit, haidh, atau bepergian, maka wajib niat kembali. Ini berarti tidak cukup hanya dengan satu kali niat di awal malam Ramadhan.
وقال مالك وأصحابه: إذا نوى أول ليلة من روضان صيام جميع كفاه ولا يحتاج لكل يوم. ويستحب تجديدها فقط، قياسا على الحج وركعات الصلاة. فإن كل واحد منهما تكفيه نية واحدة. واستدلوا بقوله ﷺ: وإنما لكل امرىء ما نوى. قالوا: وهذا قد نوى جميع الشهر فوجب أن يكون له، وقيدوا ذلك أيضا بعدم انقطاع التتابع. فإن انقطع التتابع بمرض أو حيض أو سفر، وجب تجديدها لما بقي من الشهر
Artinya: “Imam Malik beserta para pengikutnya menyatakan bahwa ketika seseorang (hanya) berniat puasa satu kali di awal malam Ramadhan untuk satu bulan penuh, maka niat tersebut dianggap cukup dan tidak butuh berniat kembali setiap harinya. Namun disunahkan untuk tajdid (memperbarui niat). Hal ini dianalogikan dengan ibadah haji dan shalat yang cukup hanya berniat satu kali dengan landasan hadits: ‘Niscaya bagi setiap orang hanya mendapat pahala apa yang diniatkannya. Jika sudah berniat puasa satu kali untuk satu bulan Ramadhan maka itu sudah cukup, dengan batasan puasanya tidak terputus. Apabila terputus disebabkan sakit, haidh atau bepergian, maka wajib memperbarui niat untuk sisa puasa selama sebulan.” (Hasan Sulaiman An-Nuri, Ibanatul Ahkam, [Beirut, Darul Fikr: 2012], juz II, halaman 290-291).
Keterangan ini mengacu pada orang yang hanya berniat puasa sekali di awal malam Ramadhan seperti yang disebutkan sebelumnya, dan tidak memperbaharui niat setiap malam, terutama bagi perempuan yang dapat dipastikan akan mengalami haid setiap bulan. Meskipun demikian, untuk lebih berhati-hati, disarankan untuk tidak hanya berniat puasa sekali di awal malam Ramadhan, tetapi juga memperbaharui niat setiap malam. Hal ini bertujuan agar tidak hanya mengikuti satu dalil dari dua dalil yang ada, tetapi dapat mengikuti kedua dalil secara bersamaan, sebagaimana yang dijelaskan dalam salah satu kaidah dalam ushul fiqh:
إعمال الدليلين أولى من اهمال احدهما
Artinya: “Memberlakukan dua dalil lebih utama daripada menganggurkan salah satunya.” (Ahmad Ar-Razi, Al-Fushul fil Ushul, juz II, halaman 317).
wallahu a'lam bis shawab ...
semoga bermanfaat ..
wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh..
Komentar
Posting Komentar