Mengenal kampung santri sidosermo di kota surabaya

Sejarah Kampung Ndresmo dan Sayyid Ali Akbar

Kampung Nderesmo, sering disebut Sidosermo menyimpan jejak masa lalu yang panjang sebagai pusat kehidupan santri di Surabaya. Nama itu akronim dari bahasa Jawa, 'nderese wong limo', alias mengajinya orang lima. Sayyid Ali Akbar bersama lima orang santri dari Sidogiri dan juga puteranya (Sayyid Ali Asghor) itu pun menempati bekas hutan yang dibabat dengan mendirikan rumah dan langgar.  Sayyid Ali Akbar begitu sering mendengarnya, lalu mengubah nama desa yang asalnya Ndemungan menjadi Nderesmo, sing nderes kabehe limo. Lama-kelamaan Nderesmo didatangi para murid Sayyid Ali Akbar yang ingin menimba ilmu. Desa itu semakin ramai dan terkenal. Dahulu kampung Nderesmo terkenal dengan sebutan Mekkah-nya Tanah Jawa, yakni tempat habaib berwajah pribumi,” (jelas Mas Zakky Nafik.)

Memang, ada pelafalan beragam terkait dengan nama Nderesmo. Pada papan nama kampung tertera Sidosermo atau Sidoresmo. Konon, sebutan itu agak melenceng dari muasal nama kampung yang asli. Berdasarkan penuturan Mas Ismail, 55 tahun, seorang ustaz dan masih keturunan pendiri Nderesmo, nama sebenarnya adalah Nderesmo. Nama itu akronim dari bahasa Jawa, 'nderese wong limo', alias mengajinya orang lima, yang dianggap sebagai cikal-bakal atau toponim nama Nderesmo.

Kampung Nderesmo,Dulunya kawasan itu termasuk Jaba Kutha, alias wilayah Surabaya luar termasuk Distrik Wonokromo, sebagaimana tercatat dalam khasanah lawas, baik dalam catatan kolonial, memori kolektif, maupun dokumentasi tradisional berupa naskah kuno. Namun, sejatinya, Nderesmo adalah 'jantung' kegiatan keislaman di Surabaya setelah era Walisanga.

Sayyid Ali Akbar bersama lima orang santri dari Sidogiri itu pun menempati bekas hutan yang dibabat dengan mendirikan rumah dan langgar. Kelimanya menetap dan berguru pada Sayyid Ali Akbar. Hampir tiap malam kelima santri itu 'nderes' atau belajar Alquran dan kitab keagamaan. Sayyid Ali Akbar begitu sering mendengarnya, lalu mengubah nama desa yang asalnya Ndemungan menjadi Nderesmo, sing nderes kabehe limo. (Jelas mas Avif salah satu santri di kampung sidosermo)

Sayyid Ali Asghor (Putra Sayyid Ali Akbar) juga mengikuti jejak Ayahnya, beliau ikut berperang melawan penjajah, beliau menjaga Ndresmo dari kejamnya kolonial, Cucu dari Sayyid Sulaiman Mojoagung (Pendiri dan pengasuh pertama Ponpes Sidogiri pasuran) ini sangat enerjik dan semangat membela Rakyat Surabaya, hingga rumah beliau dijadikan tempat berunding mengumpulkan cara guna melawan penjajah.

Sayyid Ali Asghor dan keluarganya memiliki peran penting dalam perjuangan melawan kolonial di kota Surabaya, wajar bila Walikota Surabaya Tri Risma ingin merevitalisasi Makam beliau dan dijadikan cagar budayanya Kota Surabaya.

gambar 1.1 Makam Sayyid ali asghar 

Kampung sidosermo memiliki panggilan khusus yang ditujukan kepada anak kyai atau yang mempunyai darah keturunan dari sayyid ali akbar.masyarakat kampung memanggil dengan sebutan "Mas/Ning".
"kampung santri" begitulah kebanyakan orang mengenal kampung sidosermo,hal ini karena tidak sedikit pondok pesantren yang dapat ditemui disana.ada pesantren yang khusus tahfdizul qur'an juga ada pesantren yang mengajarkan kitab kuning.entah apa yang menjadi cikal bakal para tokoh terdahulu untuk berlomba-lomba membangun pesantren,dan letak pesantren yang satu dengan yang lain itu tidak berjauhan artinya berdekatan.sungguh penulis kagum akan hebatnya semangat dakwahnya tokoh-tokoh atau kyai-kyai terdahulu disana.

Demikianlah tulisan ini semoga bermanfaat.
{sumber : santri sidosermo muchammad avif syaifudin,muhammad khoiri sodikin}






 

Komentar

Postingan Populer